Pemertahanan Kearifan Lokal Pepatah-Petitih Sebagai Penguatan Sumber Daya Sosial bagi Masyarakat Tengger (Maintaining Expressions of Prohibition (Pamali) as Signaling Existence of Tengger Community’s Culture)

- DWI HANDAYANI, MOCHTAR LUTFI

Abstract


ABSTRAK: Kearifan lokal bagian dari budaya merupakan segala bentuk kebijaksanaan yang didasari oleh nilai-nilai kebaikan yang dipercaya, diterapkan dan senantiasa dijaga dalam kurun waktu yang cukup lama secara turun temurun oleh sekelompok orang dalam suatu wilayah tertentu. Salah satu bentuk kearifan lokal yang dapat diwariskan dari generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut yang dikenal dengan folklore atau tradisi lisan, yaitu pepatah-petitih yang dituturkan oleh para leluhur kita. Pepatah-petitih merupakan suatu cara orangtua di zaman dahulu untuk memberikan nasihat atau petua yang terkandung nilai-nilai falsafah kehidupan. Pada dasarnya, setiap ungkapan nasihat orangtua duhulu ditujukan untuk kebaikan alam, kehidupan masyarakat, terutama pada keluarga untuk mengendalikan sikap dan tingkah laku. Setiap daerah memiliki tradisi lisan sebagai bentuk pola pikir dalam ungkapan pepatah-petitih dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan bahwa pepatah-petitih sebagai budaya tradisi lisan yang mengandung pandangan-pandangan atau pedoman hidup yang baik dalam kehidupan sosial. Tradisi budaya atau tradisi lisan di masa lampau terkadang tidak dapat dihadirkan pada masa kini karena mengalami transformasi yang mungkin terkesan “mati suri” karena tidak dapat hidup pada komunitasnya. Namun, secara temporal, nilai-nilai (value) dan normanya masih dijadikan sebagai memori kolektif di masa lalu dan masa sekarang sehingga dapat dimanfaatkan untuk mendidik generasi penerus dalam memperkuat identitas karakter mereka. Adapun salah satu daerah yang menjadi sasaran penelitian adalah masyarakat Tengger yang terletak di Jawa Timur. Masyarakat Tengger dikenal memiliki kearifan lokal yang bermuatan positif, harmonis, adaptif, dan religious sehingga proses internalisasi dan sosialisasi nilai-nilai budaya adat masyarakat berjalan sangat baik. Kearifan tersebut tidak hanya mengacu pada keyakinan terhadap agama tetapi juga pada kekuatan dan kepercayaan terhadap petuah leluhur, yaitu berupa ungkapan pepatah-petitih yang tidak hanya sebagai living memories tetapi juga sebagai living traditions terhadap generasinya. Bagi masyarakat Tengger, kepercayaan terhadap sesuatu yang magis dan mistik masih diyakini sedangkan anggapan terhadap ungkapan pepatah-petitih kemungkinan dapat diidentifikasi mengingat potensi tradisi lisan hampir terabaikan, terpinggirkan bahkan ada anggapan bahwa sesuatu yang bersumber dari kelisanan hanya menjadi kenangan belaka. Penelitian ini akan mencoba menggali potensi kearifan lokal tradisi lisan dalam ungkapan pepatah-petitih di dalam masyarakat Tengger sebagai penguatan sumber daya sosial dengan metode melakukan identifikasi dan wawancara secara mendalam kepada informan yang sudah ditentukan selama pelaksanaan penelitian.

Kata kunci: Kearifan lokal; pepatah-petitih; tradisi lisan; masyarakat Tengger

 

ABSTRACT: Local wisdom as a part of culture is a form of wisdom that is based on the values of goodness that are trusted, applied and persistently maintained for a long period by generations of a community in a particular region. One form of local wisdom that can be passed on from generation to generation or mouth to mouth is known as folklore or oral tradition. It is the proverb spoken by our ancestors. Proverb or locally known as Petitih is a way used by parents in the past to give advice containing values and the philosophy in life. Basically, every form of parental advice is intended primarily for the good of nature, the life of the community, especially the family to control the attitudes and behaviour of their youngsters. Each region has an oral tradition as a form of paradigm in the form of the proverb in everyday life. The study contends that cultural or oral traditions of the past sometimes can no longer be applied today due to a transformation that may seem “dormant” that does not suit with current community lifestyle and tradition. However, the values and norms are temporally still being used as collective memories in the past and the present, thus it is still can be used to educate the next generation in strengthening their identity and character. Tengger community in the East Java has become the respondents to receive detail study in this research. Tengger community is known to have positive, harmonious, adaptive, and religious local wisdom that suits with the process of internalization and socialization of cultural values among the indigenous communities. The wisdom does not only refer to the belief in religion but also to the belief and the strength of the ancestor’s advice, which is in the form of the proverb-Petitih. The proverbs not only as act as living memories but also as living traditions of its generation. The findings from the study reveals that the Tengger community still holds to the belief in something related to magic and mystic, while in the other hand, the research also discovered that the oral tradition of Petitih have been neglected, marginalized and now almost becoming a memory. This research is aiming at exploring the potential of the local wisdom of oral tradition in the form of proverbs among Tengger community as a way to strengthen the social resources by conducting identifications and in-depth interviews.

Keywords: Local wisdom, pepatah-petitih; oral tradition; Tengger society


Full Text:

PDF

References


Djajasudarma, T. Fatimah. 2006. Metode Linguistik : Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: PT Refika Aditama.

Halliday, MAK. 1978. Language as Social Semiotics. London: Edward Arnold.

Pudentia. MPSS .2015. Metodologi Tradisi Lisan. Jakarta: Buku Obor.

Santoso, Listiyono. 2009. Demokrasi Kultural ala Tengger. Yogyakarta: Ar Ruzz Media Group.

Sibarani, Robert. 2012. Kearifan Lokal: Hakikat, peran dan Metode Tradisi Lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan (ATL).

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Jakarta: Diandra Primamitra.

Sudikan, Setya Yuwono. 2000. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Citra Wacana.

Sutarto, Ayu. 1991. Analisis Struktural Legenda Masyarakat Tengger. Laporan Penelitian (Belum Dipublikasikan).

Wijana, I Dewa Putu dan Mohammad Rohmadi. 2006. Sosiolinguistik: Kajian Teori dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


 


ISSN 2289-1706 | e-ISSN : 2289-4268 

Institut Alam dan Tamadun Melayu (ATMA)
Universiti Kebangsaan Malaysia
43600 UKM Bangi, Selangor Darul Ehsan
MALAYSIA

© Copyright UKM Press, Universiti Kebangsaan Malaysia